sebagian orang tak puas dengan teks dan ingin melihat gambar.
Sebetulnya tak sesederhana itu, karena keseluruhan tata letak sebuah halaman blog, dengan atau tanpa gambar, tetaplah sebuah sajian visual.
Urusannya adalah mata. Artinya mencakup kenyamanan pandang. Selebihnya adalah aspek fungsional: apakah tata letak itu mempermudah orang lain mengunyah cerita Anda.
Sudahlah, tak usah berpusing dengan tiga paragraf di atas. Cuma bergenit-genit sok konseptual. Membosankan. Lebih penting ini: bagaimana membuat dan menyajikan gambar?
Ada dua pendekatan.
Pertama: gambar sebagai ilustrasi, hanya penjelas cerita.
Kedua: gambar adalah sumber cerita, teks hanya penyerta (bisa berupa caption, bisa pula paragraf ringkas).
Apa pun pendekatannya, sebagian besar dari Anda sudah melakukan. Yaitu memotret dengan ponsel. Hanya saja tak semuanya muncul di blog. Kadang gambar-gambar itu malah segera dihapus karena kartu memori penuh.
Tadi saya pun mencoba suatu hal yang jarang saya lakukan. Apa? Memotret dengan ponsel. Tepatnya Nokia 5300. Ukuran asli hasil jepretan 1.280 x 1.024 piksel. Tanpa persiapan, tanpa mempelajari banyak opsi, langsung jepret, asal hajar.
Sasarannya adalah isi sebuah rumah. Tentu dengan seizin si pemilik rumah, karena gambar-gambar ini akan dipublikasikan.
Dipublikasikan untuk apa? Blog, dong.
Semuanya? Serentak? Dalam kasus ini mestinya tidak. Tadi sore, dalam cahaya sekadarnya, saya mencoba membuat stok gambar yang di kemudian hari mungkin berguna untuk ilustrasi cerita di blog.
Misalnya? Foto pemanggang roti untuk ngeblog soal pola sarapan. Foto saklar untuk menulis tentang ketergantungan kepada listrik. Foto handel pintu kamar mandi untuk membual tentang keterbukaan.
Intinya, lebih baik memakai foto jelek karya sendiri daripada ngembat karya orang semaunya. ;)
Gambar-gambar yang muncul di sini hanya saya perkecil. Warna dan ketajamannya tidak saya “koreksi”. Tampilan pun utuh, tidak saya krop.
Dengan memperkecil gambar, kekasaran butiran foto juga akan diperlunak. Artinya mata pembaca agak kita hargai sedikit, begitulah. :D
Saya yakin Anda dapat melakukannya lebih baik, apalagi jika menggunakan ponsel pribadi yang sudah Anda kenali kelebihan dan kekurangannya.
Bagi saya, untuk ilustrasi di blog, gambar tak perlu besar ukuran file-nya. Kenapa? Agar lebih cepat muncul. Juga agar menghemat kuota di blog hosting. :D
Lebih dari itu, gambar yang kelewat besar bisa merusak tata letak. Misalnya menutupi sidebar. Nah, adanya thumbnail akan mempercepat penampakan halaman dan tak mengacaukan tata letak.
Semuanya mudah. Anda bisa, bahkan sejak kemarin.
Bagus atau tak bagus foto kita itu urusan fotografer, karena mereka mencari nafkah dari sana. Urusan kita adalah membuat dan memasang gambar dengan riang (dan pede) untuk blog.